Sabtu, 21 November 2009

tentsng singkong

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai sumber energi pun terus meningkat. Tanaman dengan kadar karbohidrat tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada umumnya tahan Terhadap suhu tinggi.
Ubi kayu, ketela pohon, kasava, atau singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat (sumber energi). Berdasarkan kandungan gizinya singkong sebagai makanan pokok digunakan sebagai sumber energi tubuh (karbohidrat). Hubungannya dengan proses dalam tubuh dan kebutuhan, singkong (sebagai salah satu sumber karbohidrat) digunakan untuk bahan bakar tubuh sebagai sumber tenaga.
Tabel 1. Komposisi Singkong (per 100 gram bahan)
KOMPONEN
KADAR
Kalori
146,00 kal
Air
62,50 gram
Phosphor
40,00 mg
Karbohidrat
34,00 gram
Kalsium
33,00 mg
Vitamin C
30,00 mg
Protein
1,20 gram
Besi
0,70 mg
Lemak
0,30 gram
Vitamin B1
0,06 mg
Berat dapat dimakan
75,00
Menurut kelompok bahan makanan di propinsi DIY tahun 1997, Konsumsi protein, energi dan skor PPH (pola harapan pangan) pada umbi-umbian sebagai berikut:
Protein 1,08g
Energi kalori 107,84
Skor pph 2,86
Sumber ; kanwil depkes DIY
Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama non-beras.

B. Permasalahan dan Kondisi Yang Sering Timbul
Susunan hidangan dengan bahan makanaan pokoknya singkong, dapat menjadi pengganti beras, namun memerlukan kebutuhan zat gizi lebih banyak yaitu: ditambah kacang-kacangan dalam jumlah yang cukup, serta protein dari hewani agar kalori dan protein dapat terpenuhi, serta memerlukan pula sayuran dan buah-buahan.Kalau kurang lauk pauk,sayuran dan buah-buahannya maka akan terjadi devisiensi. Rendahnya kadar protein singkong ini dapat menyebabkan busung lapar bagi penduduk yang memakan singkong sebagai makanan pokoknya.
Umbi singkong sukar sekali di simpan karena cepat menjadi rusak, terutama bila telah terbuka bagian umbinya. Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama, singkong harus diolah dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet dan tahan lama, seperti gaplek, tapioka (tepung singkong), tapai, peuyeum, keripik singkong dan lain-lain. Kadar zat-zat gizi di dalam gaplek lebih tinggi dibandingkan dengan singkong basah, karena pada gaplek dihilangkan kadar berat airnya.
Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan berbagai macam kehilangan, termasuk di dalamnya kehilangan berat, kehilangan nilai nutrisi, kehilangan kualitas atau rasa, kehilangan nilai ekonomi maupun kehilangan aktual beberapa produk itu sendiri. Kehilangan-kehilangan tersebut dapat terjadi melalui beberapa cara ; teknik memanen yang salah dapat mengakibatkan ubi tertinggal di dalam tanah, disamping itu umbi yang patah atau luka waktu di cabut mudah menjadi busuk. Serangan kapang dan penyakit fisiologis dapat mengakibatkan umbi yang disimpan menjadi busuk. Serangga dan tikus memangsa gaplek atau tepung yang di simpan. Kehujanan waktu processing membuat gaplek/chips menurun kualitasnya. Kesalahan-kesalahan penanganan lainnya juga dapat mengakibatkan kehilangan yang cukup berarti. Metode penyimpanan dan distribusi yang tidak memadai serta pengolahan yang tidak baik di dapur –dapur konsumen merupakan sumber kehilangan yang lain.
Kelemahan utama simgkong adalah kurang diterima secara menyeluruh dan hanya di manfaatkan sebagai makanan pokok di daerah pedesaan dan pegunungan terpencil pada saat musim paceklik atau sewaktu panen padi dan jagung yang kurang memuaskan.
Pada saat ini di berbagai daerah di Indonesia telah tersedia lahan yang cukup luas,tetapi sumber daya lahan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena kondisinya yang kritis. Kekritisan lahan ditandai dengan dengan terbatasnya suplai air dan kurangnya unsur hara tanaman.
Banyaknya petani singkong yang sudah tidak mau lagi menanam singkong; disebabkan antara lain karena “tanah bekas” singkong menjadi lebih kurus karena selama penanaman tidak pernah dilakukan pemberian pupuk, misalnya pupuk organik dalam bentuk pupuk hijau (tanaman polong-polongan), serta faktor lainnya lagi, antara lain, banyak pabrik tapioka daerah yang kemudian gulung tikar, sehingga produk para petani kemudian banyak yang rusak, misalnya perubahan warna menjadi kehitam-hitaman ataupun membusuk.selain itu mereka menanam singkong bukan sekadar sambilan, tetapi sudah dikhususkan pada lahan yang sudah ada.

C. Jumlah Produksi
Produktivitas singkong tertinggi dibanding enam komoditas pertanian utama; padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, yaitu 12,2 ton/ha (BPS 2001), sedangkan padi 3,8 ton/ha dan gandum 1,8 ton/ha. Produksinya per tahun cukup besar, yaitu mencapai 19,4 juta ton (BPS 2004), di bawah padi yang 54 juta ton. Produksi singkong tahun 2005 sebesar 19,5juta ton dengan areal seluas 1,24 juta ha. Singkong telah dibudidayakan dalam skala agrobisnis. Pemerintah sejak 2002 menetapkan tujuh provinsi sentra produksi singkong, yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi.
Pemanfaatan singkong di Indonesia masih terbatas. Sebagian besar diolah menjadi produk setengah jadi berupa tepung tapioka, tepung kasava, dan gaplek. Dari produksi singkong 19,4 juta ton, baru 59 persen yang diolah untuk industri.






















BAB II
KARAKTERISTIK BAHAN MAKANAN

A. Daerah Asal dan Penyebaran Singkong ( Manihot utilissima Pohl ).
Ketela pohon, singkong, kapase, atau ubi kayu merupakan tanaman perdu. Singkong berasal dari Benua Amerika, tepatnya dari Brazil. Dari Brazil-lah singkong diperkirakan para ahli menyebar hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan akhirnya di Indonesia.
Tanaman ini masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852. Di tahun 1852 dicatat bahwa Kebun Raya Bogor telah mendatangkan plasma nutfah ubi kayu/singkong dari Suriname. Lalu dua tahun kemudian yakni tahun 1854, tanaman singkong telah merakyat diseluruh Karasidenan Jawa. Tapi konon cuma di Banten, Jepara dan Semarang saja yang banyak peminatnya. Kawasan lain di pulau jawa, penanamnya mulai santer sejak tahun 1914-1918, tepat ketika Indonesia dilanda kesulitan memperoleh bahan pangan (makanan) beras dari luar negeri, sehingga singkong di jadikan sebagai alternatif pengganti makanan pokok. Meski begitu sampai saat ini belum di ketahui dengan tepat gerangan pelopor singkong di Indonesia.
Sejak masuknya singkong ke Indonesia, singkong telah menjadi tanaman rakyat yang serba murah dan mudah penanaman dan penggolahannya. Indonesia adalah penghasil singkong urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brazil, dan Thailand. Namun, pasar singkong dunia dikuasai oleh Thailand dan Vietnam. Singkong berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniaannya.
Pada masa yang akan datang areal tanam singkong amat mungkin diperluas ke luar pulau Jawa karena sumber daya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal masih tersedia cukup luas.

B. Jenis Tanaman
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin

C. Varietas
Sejak tahun 1978, Pusat Penelitian dan Penggembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah melepas 10 varietas unggul singkong. Produktifitasnya cukup tinggi antara 22-102 ton/ha. Namun, singkong sebagai bahan baku disarankan memiliki sifat sebagai berikut :
- berkadar pati (karbohidrat) tinggi.
- Potensi hasil tinggi.
- Tahan cekaman biotik dan abiotik.
- Fleksibel dalam usaha tani dan umur panen.
Pusat Penelitian dan Penggembangan Tanaman Pangan, merekomendasikan 4 varietas sesuai kriteria di atas sebagai berikut :
Varietas
Umur (bulan)
Hasil (ton/ha)
Kadar pati (%)
ADIRA-4
8
25-40
25-30
Malang-6
9
36,4
25-32
UJ-3
8
30-40
25-30
UJ-5
9-10
25-38
20-30
Varietas-varietas ini memiliki sifat positif antara lain:
- Daun tidak mudah gugur.sifat ini penting karena menunjukkan toleran terhadap kekeringan. Jika pada musim kemarau suatu varietas mudah gugfur daunnya, tanaman akan cepat mati dan waktu panen tidak dapat ditunda.
- Adaktif di tanah ber-pH tinggi dan rendah. Jenis lahan di sentra ubi kayu umumnya didominasi oleh tanah alkalin dan tanah masam. Oleh karena itu dibutuhkan varietas yang toleran pH rendah dan tinggi.
- Adaptif pada kondisi populasi tinggi, sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma. Sifat ini diperlukan terkait penekanan biaya pengendalian gulma dan pengendalian erosi.
- Dapat dikembangkan dalam pola tumpang sari. Sifat ini dibutuhkan terkait dengan peningkatan pendapatan petani, kebutuhan petani akan tanaman pangan lain, dan pengendalian erosi.
Potensi hasil dan sifat-sifat penting beberapa varietas ubi kayu :
No
Varietas
Produksi (ton/ha)
Karbohidrat (%)
HCN(mg)
Rasa
1
Valenca
20
-
39
Enk
2
Mangi
20
30-37
30
Enak
3
Betawi
20-30
-
30
Enak
4
Basiorao
30
31,2
80
Agak pahit
5
Bogor
40
30,9
100
Pahit
6
SPP
20-25
27,0
150
Agak pahit
7
Muara
40
26,9
100
Pahit
8
Mentega
20
26,0
32
Enak
9
Adira 1
20-35
45,2
27,5
Enak
10
Gading1)
20-30
36,0
31,4
Enak
11
Adira2
20-35
40,8
123,7
Pahit
12
Malang 1
36,5
32-36
-
Enak
13
Malang 2
31,5
32-36
-
Enak
14
Adira 4
35
18-22
-
Agak pahit
Keterangan : -) tidak ada data.

Tiap varietas ubi kayu mempunyai karakteristik tersendiri, terutama dalam penampilan morfologi tanaman, seperti daun, batang, dan ubi.
Diskribsi beberapa varietas ubi kayu dapat disimak sebagai berikut.
1. Varietas Valenca
Ciri-ciri (deskribsi varietas)
a. Asal, lurus, dan tidak bercabang.
- Batang muda lunak dan berwarna hijau muda, sedangkan batang tua berwarna abu-abu muda sampai coklat, dan kulit di bawahnya hijau muda. Brazil.
- struktur daun :
1) Pucuk tidak berbulu, berwarna hijau muda kemerah-merahan.
2) Bersirip 7-9 helai, pendek dan lebar sampai kerucut.
3) Perbandingan lebar dan panjang daun dari sirip terbesar adalah 1:3.
4) Tulang daun bagian pangkal berwarna merah muda, dan ujungnya hijau kekuning-kuningan.
5) Tangkai daun berwarna merah tua, dan pangkalnya ungutua sampai kehitaman.
- Batang :
Berukuran besar, panjang
- Ubi :
1) Berbentuk sedang sampai gemuk dan bertangkai.
2) Berkadar HCN lebih dari 40 mg/kg ubi kupas, tidak berbahaya, setelah direbus rasanya manis, dan cocok untuk di konsumsi.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil rata-rata 20 ton/ha, agak peka terhadap penyakit bakteri daun.
2. Mangi
- Berasal dari Brazil.
- Struktur daun :
a. Pucuk tidak berbulu dan berwarna hijau muda.
b. Bersirip 7-9 helai, berbentuk seperti pita, dekat ujung agak lebar, dan ujung daun runcing. Perbandingan lebar dan sirip terbesar aalah 1:6.
c. Tulang daun berwarna kuning sedikit marah sampai hijau muda.
- Batang :
a. Berukuran sedang, panjang (tinggi), dan bercabang.
b. Batang muda berwarna hijau, sedangkan batang tua berwarna coklat keabu-abuan dan kulit di bawahnya hijau tua.
- Ubi :
Berbentuk panjang dan bertangkai, kadar HCN 30 mg/kg ubi kupas, tidak berbahaya, rasa ubi rebus manis, kadar tepung 30%-37%, cocok untuk dikonsumsi.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil rata-rata 20 ton/ha, peka terhadap penyakit bakteri daun.
3. Betawi
- Berasal dari Bogor, perkawinan antara Maleka Basiorao.
- Struktur daun :
Pucuk agak berbulu dan berwarna hijau muda.
2) Bersirip 9 helai, helai daun panjang dan lebar, berbentuk kerucut dan ujungnya runcing. Perbandingan lebar dan panjang sirip terbesar adalah 1:4.
3) Pusat tulang daun berwarnakuning sedikit merah muda,pangkal tulang daun merah muda dan ujungnya kekuning-kuningan.
4) Pangkal tangkai daun berwarna merah muda sampai hijau tua, dan bagian atasnya hijau kekuning-kuningan.
5) Ciri khas jenis ini ditandai dengan adanya taruk kecil pada tunas ketiak berwarna merah sampai merah cokelat.
- Batang :
1) Berukuran sedang, panjang (tinggi) 1,5m dan bercabang.
2) Batang muda berwarna hijau, sedangkan batang tua berkulit abu-abu tua dan kulit bagian dalamnya berwarna hijau tua.
- Ubi :
1) Berbentuk Gemuk dan tidak bertangkai.
2) Kadar HCN tidak lebih dari 30 mg/kg ubi kupas, tidak berbahaya, kadar tepung 34,4%, rasa manis, cocok untuk dikonsumsi.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil 20-30 ton/ha, agak peka terhadap penyakit bakteri daun dan virus.
4. Basiorao
- Berasal dari Brazil.
- Struktur daun :
1) Pucuk berbulu dan berwarna coklat muda.
2) Bersirip 7-9 helai, lebar dan berbentuk kerucut. Perbandingan lebar dan panjang sirip terbesar adalah 1:4.
3) Pusat tulang daun berwarna merah muda, dan ujungnya hijau kekuning-kuningan.
- Batang :
1) Berukuran, panjang bila sudah tua mudah rebah, dan di dataran tinggi akan bercabang.
2) Batang muda berwarna hijau muda, sedangkan batang tua cokelat keabu-abu tua dan kulit bagian dalamnya berwarna hijau tua.
- Ubi :
1) Berbentuk Gemuk dan bertangkai pendek.
2) Kadar HCN lebih dari 80 mg/kg ubi kupas, agak beracun, kadar tepung 31,2%, rasa pahit, dan dapat untuk dikonsumsi.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil rata-rata 30 ton/ha, peka terhadap penyakit bakteri daun.
5. 5) Bogor
- Berasal dari Bogor, persilangan dari Maleka dan Basiorao.
- Struktur daun :
1) Pucuk tidak berbulu dan berwarna coklat muda.
2) Bersirip 7-9 helai,panjang dan sempit,ujungnya runcing. Perbandingan lebar dan panjang sirip terbesar adalah 1:6.
3) Pangkal daun berbulu,pusat tulang daun berwarna hijau muda, dan ujungnya hijau kekuning-kuningan.
4) Tangkai daun sebelah atas berwarna merah, di tengahnya berwarna hijau kekuningan, danbagian ujung berwarna merah.
- Batang :
1) Berukuran agak besar, panjang (tinggi), bercabang sedikit.
2) Batang berwarna hijau, sedangkan batang tua cokelat keabu-abu tua dan kulit bagian dalamnya berwarna hijau tua.
- Ubi :
1) Berbentuk Gemuk dan tidak bertangkai dan letaknya berhimpitan.
2) Kadar HCN lebih dari 100 mg/kg ubi kupas, beracun, kadar tepung 30,9%, rasa pahit.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil mencapai 40 ton/ha, peka terhadap penyakit bakteri daun.

6. SPP
- Berasal dari Brazil.
- Struktur daun :
1) Pucuk agak berbulu dan berwarna hijau atau kuning kecoklat-coklatan.
2) Bersirip 7-9 helai,agak kecil, berbentuk elips. Perbandingan lebar dan panjang sirip terbesar adalah 1:3 atau 2:7.
3) Pusat tulang daun dan pangkalnya berwarna merah tua, sedangkanbagian bawah berwarna merah muda.
4) Tangkai daun sebelah atas berwarna merah tua,sedangkanbagian bawah berwarna merah muda.
- Batang :
1) Berukuran kecil, panjang , dan bercabang rendah.
2) Batang muda berwarna hijau muda, sedangkan batang tua abu-abu putih sampai cokelat dan kulit bagian dalamnya berwarna hijau tua.
- Ubi :
1) Berbentuk Gemuk tidak bertangkai dan letaknya mendatar pada batang, dan menyembul di permukaan tanah.
2) Kadar HCN lebih dari 100 mg/kg ubi kupas, kadar tepung 35,4%, rasa amat pahit, tidak baik untuk dikonsumsi, cocok dibuat tepung.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil mencapai 40 ton/ha, peka terhadap penyakit layu dan bakteri daun.

7. Muara
- Berasal dari Bogor, hasil persilangan Bogor dan Basiorao.
- Struktur daun :
1) Pucuk tidak berbulu dan berwarna kuning kecoklat-coklatan.
2) Bersirip 7 helai,agak kecil, ramping, dan cenderung berbentuk kerucut. Perbandingan lebar dan panjang sirip terbesar adalah 1:3.
3) Pusat tulang daun berwarna kuning,tulang-tulang daun sepanjang beberapa centimeter berwarna merah, dan akhirnya menjadi hijau.
4) Tangkai daun atas bagian pangkal berwarna hijau sampai hijau tua, ujungnya merah dan sebelah bawah berwarna hijau muda.
- Batang :
1) Berukuran besar, panjangnya sedang, dan bercabang amat rendah.
2) Batang muda berwarna hijau, sedangkan batang tua cokelat keabu-abuan dan kulit bagian dalamnya berwarna hijau muda sampai hijau tua.
- Ubi :
1) Berbentuk gemuk bertangkai pendek dan letaknya merapat.
2) Kadar HCN lebih dari 100 mg/kg ubi kupas, kadar tepung 26,9%, rasa pahitsampai netral, amat beracun.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil mencapai 40 ton/ha, agak tahan terhadap penyakit bakteri daun.
8. Mentega
- Berasal dari persilangan Mangi danAmbon.
- Struktur daun :
Berbentuk lonjong gemuk, berwarna cokelat, pucuk hijau kecoklat-coklatan, tulang daun bawah hijau kemerahan dan dan bagian atas merah.
Tangkai daun atas berwarna merah-hijau dan bagian bawah hijau.
- Batang :
Berbentuk bulat, bermata atau beruas rapat, batang muda berwarna hijau dan batang tua kelabu..
- Ubi :
1) Berbentuk lonjong, bertangkai sedang, letak agak kompak, dan berukuran sedang.
2) Warna kulit luar cokelat, bagian dalam kuning, warna daging kuning, rasa masak enak.Kadar HCN 32mg/kg ubi kupas, kadar tepung 26%.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil mencapai 20 ton/ha, agak peka terhadap layu bakteri.

9. Adira 1
- Berasal dari persilangan Mangi dan Ambon.
- Struktur daun :
Berbentuk menjari agak lonjong, warna pucuk cokelat.
Tangkai daun atas berwarna merah dan bagian bawah merah muda.
- Batang :
Tinggi batang 1m-2m, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua coklat kekuning-kuningan.
- Ubi :
Warna kulit luar cokelat, bagian dalam kuning, warna daging ubi kuning, rasa enak.Kadar HCN 27,5mg/kg ubi kupas, kadar tepung 45%.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil mencapai 22 ton/ha, cukup tahan terhadap hama tangau merah dan terhadap layu bakteri, umur 7-10 bulan.

10. Adira 2
- Berasal dari persilangan Mangi dan Ambon.
- Struktur daun :
Berbentuk menjari agak lonjong dan gemuk, warna pucuk ungu.
Tangkai daun atas berwarna merah muda dan bagian bawah hijau muda.
- Batang :
Tinggi batang 2m-3m, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua putih kecoklt-coklatan.
- Ubi :
Warna kulit luar putih kecoklat, bagian dalam ungu muda, daging ubi putih,kualitas baik, rasa agak pahit. Kadar HCN 124mg/kg ubi kupas, kadar tepung 41%.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil 22 ton/ha, cukup tahan terhadap hama tangau merah dan terhadap layu bakteri.

11. Adira 4
- Asal Muara.
- Struktur daun ;
Berbentuk lonjong gemuk, warna pucuk hijau, tulang daun atas hijau kemerahan, dan bagian bawah hijau.
Tangkai daun atas berwarna hijau kemerah-merahan, bagian bawah hijau.
- Batang :
Tidak bercabang, tinggi batang 1,5m-2m, batang berwarna hijau, batang tua abu-abu,bentuk batang bulat dan beruas rapat.
- Ubi :
1) Berukuran sedang, berbentuk lonjong, dan bertangkai sedang.
2) Warna kulit luar coklat, bagian dalam ros,warna daging ubi putih, rasa agak pahit. Kadar pati 18%-22%.
- Potensi hasil dan sifat lain :
Potensi hasil 35 ton/ha, tahan terhadap hama tangau merah dan penyakit layu bakteri.

12. Malang 1
- Hasil persilangan klon CM 1015-19 dengan CM 849-5.
- Karakteristik morfologi:
1) Tinggi tanaman lebih dari 2 meter.
2) Warna batang hijau tua.
3) Warna kulit ubi bagian luar coklat muda keputih-putihan, bagian dalam putih.
4) Daging ubi berwarna putih kekuning-kuningan, rasa manis, cocok di olah menjadi berbagai hidangan.
5) Potensi hasil 52,4 ton-59,6 ton/ha atau rata-rata 36,5 ton/ha.
6) Kadar pati 32%-36%, umur 9-10 bulan, toleran terhadap hama tangau merah dan penyakit bercak daun Cercospora sp
13. Malang 2
- Hasil persilangan klon CM 922-2 dengan CM 507-37
- Karakteristik morfologi:
1) Batang berwarna coklat kemerahan, tinggi lebih dari 2 meter.
2) Kulit ubi bagian luar berwarna coklat, kulit dalam putih,daging berwarna putih, rasa manis, cocok untuk konsumsi dan bahan baku industri.
3) Potensi hasil 34-35 ton/ha atau rata-rata 31,5 ton/ha, umur 8-10 bulan, kadar pati 32%-36%, cocok untuk tumpang sari, dan toleran terhadap penyakit bercak daun cercospora sp.
Masih banyak varietas ubi kayu yang lainnya yang ditanam petani di berbagai daerah seperti varietas randu, lanting dan kaliki.
Berdasarkan deskribsi varietas ubi kayu, maka penggolongan jenisnya dapat di bedakan menjadi dua macam :
1. Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh varietasnya antara lain gading, adira1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting dan kaliki.
2. Jenis ubi kayu pahit, yaitu jenis ubi kayu untuk diolah atau prosesing. Contoh varietasnya antara lain bogor, SPP, dan adira 2.

Gb. Varietas unggul singkong

D. Syarat Tumbuh
Keadaan iklim
Di Indonesia, tanaman singkong tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni antara 10m-1500m dpl. Daerah yang paling ideal (baik) untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah yang berketinggian antara 10m-700m dpl dan bersuhu minimum 10°C, Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500mm/tahun, tempatnya terbuka dan mendapat penyinaran matahari 10 jam/hari. Makin tinggi daerah penanaman dari permukaan laut, akan makin lambat pertumbuhan tanaman singkong sehingga umur panennya makin lama (panjang).
Untuk musim kering yang berkepanjangan singkong juga akan kena penggaruh jelek, yakni ubinya berserat, berkayu, produksinya rendah, mudah diserang hama tungau merah, daunnya banyak yang layu dan akhirnya gugur.
Kelembaban udara optimal untuk tanaman singkong antara 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman singkong sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Keadaan tanah
Hampir semua jenis tanah pertanian cocok ditanami singkong karena tanaman ini toleran terhadapberbagai jenis dan tipe tanah. Jenis tanah yang paling ideal adalah aluvial, latosol, podzolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman singkong yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya singkong berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-Ph rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman singkong.
Syarat minimum yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan diantartanya :
- Tanah jangan terlalu subur. Kalau terlalu subur, tumbuhnya akan subur dan berdaun rindang tanpa di imbangi oleh umbinya.
- Diusahakan sistem pengairan tempat penanaman lancar. Pada tanah becek atau berair, singkong tidak dapat tumbuh baik dan umbinya tetap kerdil.
Oleh karena itulah singkong banyak ditanam di tegallan atau diladang.
Ketinggian tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman singkong antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

E. Pembudidayaan Tanaman Singkong
Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam singkong harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Singkong berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Singkong harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Bibit singkong yang baik, berasal dari tanaman induk yang mempunyai persyaratan :1.ProduksiTinggi
2. Kadar tepung tinggi3. Umur genjah ( 7 - 9 bulan )4. Rasa enak5. Tahan terhadap Hama dan Penyakit
2) Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.



Pengolahan media tanam
1) Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
2) Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.
4) Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO) Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

Teknik penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek singkong kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.

Pemeliharaan tanaman
1) Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusahamengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidakterlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
3) Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman singkong terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
4) Perempelan/Pemangkasan
Pada tanaman singkong perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
5) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
6) Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan singkong dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknyaselalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perludilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairandilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi ara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem ganguan hingga dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk eterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan estisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.

F. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama yang sering menyerang singkong adalah sebagai berikut :
1. Tungau Daun Merah (Tetranychus bimaculatus Harv.)
a. ciri-ciri hama :
- tungau berukuran kecil ±1mm, berkaki 4 pasang ditumbuhi rambut-rambut, dan kakinya bersegmen-segmen.
- serangan dewasa betina meletakkan telur di dekat urat-urat daun. Telur berwarna kuning,berdiameter ±0,25mm.
- nimfa terdiri dari tiga instar : perbedaan tiap instar terletak pada warna dan pasangan kaki.
b. cara menyerang dan gejala serangan :
- biasanya hama menyerang tanaman sinngkong berumur 4-7 bulan, terutama pada musim kemarau.
- menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan (sel) daun sehingga daun berubah warna dari hijau menjadi berbintik-bintik kemerah-merahan. Serangan diawali dari daun-daun tua, kemudianmenjalar kedaun-daun muda (pucuk).
- serangan berat dapat menyebabkan daun regas dan rontok, bahkan kadang-kadang bagian ubinya terdapat suatu lingkaran berwarna kebiru-biruan akibat terganggunya proses fotosintesis.
c. pengendalian :
- pengendalian nonkimiawi, yaitu dengan cara pemangkasan (pemetikan) daun yang terserang berat untuk dibakar, pergiliran (rotasi) tanaman dan penanaman varietas singkong yang tahan.
- pengendalian kimiawi, yaitu dengan cara penyemprotan Akari-sida-insektisida.
2. Uret ( Leupholis rorida Rabr.sin. Xylethropus spp )
a. ciri-ciri hama :
- Kumbang berukuran 2cm-2,5 cm, bagian dada berwarna hitam sampai cokelt, sayap berwarna coklat cerah dengan bagian tepi perut putih.
- Stadium hama yang menyerang tanaman singkong adalah larva (uret). Uret umumnya dijumpai pada kedalaman 15cm-35cm di bawah permukaan tanah.
b. cara menyerang dan gejala serangan :
- hama memakan baik bagian tanaman atau setek yang ada di dalam tanah maupun akar yang sedang tumbuh.
- gejala serangan di permukaan tanah : daun-daunnya layu, menguning, dan akhirnya mengerimg. Serangan hama umumnya terjadi pada tanah yang kering, lembab, dan gembur.
c. pengendalian :
- pengendalian nonkimiawi, yaitu dengan cara mencari dan menangkap uret untuk dimusnahkan, memasang perangkap sewaktu kawin di malam hari, mengadakan pergiliran tanaman, sanitasi kebun dari sampah atau limbah, dan memanfaatkan jasa musuh alami tawon Campsomeris.
- pengendalian kimiawi, yaitu dengan cara menebarkan insektisida furadan 3 G di sekeliling batang tanaman pada saat tanam.
3. Anai-anai atau rayap ( Macrotermes gilvus Hag)
a. ciri-ciri hama
- rayap hidup berkelompok dan membuat sarang dari tanah
- serangga dewasa bersayap dan dapat terbang
- kehidupan rayap dibagi dalam kasta-kasta
b. cara menyerang dan gejala serangan
- rayap menyerang degan cara merusak pangkal batang atau stek singkong yang baru ditanam
- gejala serangan kulit dan bagian batang rusak tidak teratur dan penuh dengan kotoran tanah
c. pengendalian
- pengendalian nonkimiawi, yaitu dengan cara memasang pasak bilah bambu ditengah-tengah pangkal setek sewaktu akan tanam untuk mengalihkan serangan pada akar
- pengendalian kimiawi, yaitu dengan cara menyemprotkan insektisida yang mangkus
4. Kutu sisik ( Pseudaulacapsis sp)
a. ciri-ciri hama
- kutu betinaberbentuk pipih berdiameter 2cm-2,5mm, dan berwarna abu-abu dengan bekas pembungkus kulit berwarna gelap
- nimfa muda berwarna merah, kemudian berubah menjadi putih pada bagian punggung
b. cara menyerang dan gejala serangan
- kutu sisik menyerang bagian daun dan tangkainya dengan cara mengisap sel cairan tanaman
- gejala serangan menimbulkan kerdilnya bagian tanaman yang diserang, karenaterganggunya proses fotosintesis. Serangan berat dapat menyebabkan keriting daun atau mati pucuk
c. pengendalian
- pengendalian nonkimiawi dengan cara pergiliran tanaman dan memangkas bagian tanaman yang terserang berat
5. Babi hutan
Hama ini hanya menyerang tanaman singkong di pinggir hutan. Seluruh bagian tanaman singkong dirusaknya, terutama ubi-ubinya. Pengendaliannya antara lain dengan cara mengadakan perburuan, membuat pagar kuat di sekeliling kebun, menjaga atau menghalaunya, dan menggunakan racun (insektisida).

B. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang singkong antara lain
1. Layu bakteri
a. penyebab dan lingkungan hidup penyakit
- penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum
- bakteri banyak dijumpai di daerah- daerah yang berkelembaban tinggi, dan dapat bertahan lama di dalam tanah
b. gejala serangan
- daun layu mendadak seperti disiram air panas, akar dan batang hingga ubi busuk lunak berlendir yang berbau asam atau anyir.
- serangan berat dapat menyebabkan tanaman mati
c. pengendalian
pengendalian secara terpadu dapat dilakukan dengan cara pergiliran (rotasi) tanaman, penanaman singkong dengan varietas tahan seperti Adira1, Adira2, dan Muara, juga pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat
2. Bercak daun bakteri
a. penyebab dan lingkungan hidup penyakit
- penyebabnya adalah bakteri Xanthomonas manihotis, sering disebut Casava Bacterial Blight (CBG)
- bakteri ini biasanya menyerang tanaman di daerah yang bercurah hujan tinggi
b. gejala serangan
terjadi bercak-bercak bersudut pada daun, seolah-olah tembus cahaya, kemudian layu, bergetah, daun mengering dan menggantung, akhirnya tanaman mati
c. pengendalian
pengendalian terpadu dilakukan dengan cara menanam varietas singkong yang tahan, memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit berat, melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dan sanitasi kebun

3. Bercak daun cokelat
a. penyebab dan lingkungan hidup penyakit
- penyebabnya adalah cendawan Cescospora heningsii
- bakteri ini biasanya menyerang secara hebat pada tanaman di daerah yang berkelembaban tinggi
b. gejala serangan
daun yang terserang penyakit akan terlihat bercak-bercak cokelat, menggering, lubang-lubang bulat kecil, dan jaringan daun mati
c. pengendalian
- pengendalian terpadu dilakukan dengan cara pelebaran jarak tanam, menanam varietas singkong yang tahan, pemangkasan daun yang sakit dan sanitasi kebun.



4. Bercak daun konsentris
a. penyebab dan lingkungan tumbuh penyakit
- penyebabnya adalah cendawan Phoma phyllostica
- lingkungan tumbuh untuk perkembangan penyakit ini adalah daerah yang berkelembaban tinggi
b. gejala serangan
- daun bercak kecil dengan titik-titik bagian tengah, terutama daun-daun muda (pucuk)
- serangan berat menyebabkan daun layu dan berguguran
c. pengendalian
pengendalian terpadu dilakukan dengan cara memperlebar jarak tanam,memangkas bagian tanaman yang sakit berat, dan sanitasi kebun
5. Gulma
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman. Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang
penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
6. Penyakit lain
Masih ada penyakit lain seperti Virus mosaik, Busuk bibit (setek)dll.

G. Panen dan Pasca Panen
Panen
Ciri dan umur panen
Singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas dalam.
Cara panen
Singkong dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
Pasca Panen
Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
Penyortiran dan penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi singkong sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi singkong dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun singkong itu sendiri.
c) Masukkan umbi singkong secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi singkong tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
Pengemasan dan pengangkutan
Pengemasan umbi singkong bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi singkong ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan produsen. Setelah dikemas umbi singkong dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
Sentra penanaman
Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara- negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

H. Analisis Budidaya Tanaman
Gambaran peluang agribisnis
Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24 ton/ha (data tahun 1969-1978). Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha. Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi karena adanya peningkatan rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian, rata-rata produktivitas usaha tani ketela pohon ditingkat petani (3 ton/ha) masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha). Luas panen komoditas ketela pohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu tersebut ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu, sekitar 58% dari total luas panen per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.
Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor ketela pohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada tahun 1994 jumlah tersebut sudah menjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun gaplek pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon.

I. Manfaat Tanaman
Di Indonesia, singkong menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun singkong sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, singkong dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
Tanaman singkong merupakan penghasil karbohidrat yang efisien, murah dan dapat digunakan sebagai suplemen bahan pangan pokok beras dan terigu sebagai sumber karbohidrat. Bahan pangan dari singkong dalam bentuk segar memiliki kandungan kalori dan protein yang rendah. Untuk memperoleh kalori yang sama dengan beras, singkong harus dikonsumsi sebanyak 2 – 3 kali beras. Sedangkan untuk memperoleh protein setara beras perlu dikonsumsi 7 kali konsumsi beras. Implikasinya adalah orang sudah merasa kenyang padahal kebutuhan kalorinya/protein belum terpenuhi. Karakteristik rendah kalori ubi segar dapat dihilangkan dengan memprosesnya menjadi bahan kering berupa irisan atau tepung dengan kadar air setara beras aman simpan. Dengan bobot yang sama singkong dalam bentuk kering atau tepung dapat memberikan kalori yang sama dengan beras, akan tetapi proteinya masih sangat rendah. Rendahnya kandungan protein tepung singkong dapat ditingkatkan dengan menambahkan tepung kacang-kacangan sehingga menjadi tepung komposit
Pati ataun Amilum Singkong
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan.
Dalam bahasa sehari-hari (bahkan kadang-kadang di khazanah ilmiah), istilah “pati” kerap dicampuradukkan dengan “tepung” serta “kanji”. “Pati” (bahasa Inggris starch) adalah penyusun (utama) tepung. Tepung bisa jadi tidak murni hanya mengandung pati, karena ter-/dicampur dengan protein, pengawet, dan sebagainya. Tepung beras mengandung pati beras, protein, vitamin, dan lain-lain bahan yang terkandung pada butir beras. Orang bisa juga mendapatkan tepung yang merupakan campuran dua atau lebih pati. Kata ‘tepung lebih berkaitan dengan komoditas ekonomis. Kerancuan penyebutan pati dengan kanji tampaknya terjadi karena penerjemahan. Kata ‘to starch’ dari bahasa Inggris memang berarti ‘menganji’ (’memberi kanji’) dalam bahasa Melayu/Indonesia, karena yang digunakan memang tepung kanji.
Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika.





























BAB III
PENENTUAN MUTU BAHAN MAKANAN

STANDAR PRODUKSI
Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan dan rekomendasi untuk tapioka.
Diskripsi
Standar mutu ketela pohon (tepung tapioka) di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-345-1994.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Syarat mutu terdiri dari dua bagian :
a) Syarat organoleptik
1. Sehat (sound).
2. Tidak berbau apek atau masam.
3. Murni.
4. Tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing.
b) Syarat Teknis
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=15; mutu II=15; mutu III=15.
2. Kadar abu maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
3. Serat dan benda asing maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
4. Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%): mutu I=94,5; mutu II=92,0; mutu III=92.
5. Kekentalan (Engler): mutu I=3-4; mutu II=2,5-3; mutu III<2,5.
6. Derajat asam maksimum (Ml IN Na): mutu I=3; mutu II=3; mutu III=3.
7. Cemaran logam: ** OH/100 gram
- Timbal (Pb) (mg/kg): mutu I=1,0; mutu II=1,0; mutu III=1,0.
- Tembaga (Cu) (mg/kg): mutu I=10,0; mutu II=10,0; mutu III=10,0.
- Seng (Zn) (mg/kg): mutu I=40; mutu II=40; mutu III=40.
- Raksa (Hg) (mg/kg): mutu I=0,05; mutu II=0,05; mutu III=0,05.
8. Arsen (AS) ** (mg/kg): mutu I=0,5; mutu II=0,5; mutu III=0,5.
9. Cemara Mikroba:**
- Angka lempeng total maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0 x100 ; mutu I=1,0x100 ; mutu III=1,0x100.
- E. Coli maksimum(koloni/gram): mutu I=10; mutu II=10; mutu III=10.
- Kapang maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0x104; mutu II=1,0x10 4 ; mutu III=1,0x104.
Keterangan:
** Dipersyaratkan bila dipergunakan sebagai bahan makanan.
1. Kadar air ialah jumlah kandungan air yang terdapat dalam ketela pohon dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
2. Kadar abu ialah banyaknya abu yang tersisa apabila tapioka dipijar pada suhu 500 derajat C yang dinyatakan dalam persen berat bahan. 3. Serat, ialah bagian dari tapioka dalam bentuk cellulosa dan dinyatakan dalam persen berat bahan.
4. Benda asing ialah semua benda lain (pasir, kayu, kerikil, logam-logam kecil) yang tercampur pada ketela pohon, dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
5. Derajat putih, ialah tingkat atau derajat keputihan dari pada ketela pohon yang dibandingkan dengan derajat putih BaSO4 = 100 % dinyatakan dalam angka.
6. Kekentalan ialah derajat kekentalanm dari pada larutan ketela pohon dinyatakan dengan derajat Elger.
7. Derajat asam ialah derajat asam pada ketela pohon yang dinyatakan dalam mililiter per gram.
Untuk mendapatkan mutu singkong yang sesuai dengan standar maka harus dilakukan pengujian mutu singkong yang diantaranya adalah :
a) Kadar air: timbang dengan teliti kira-kira 5 gram contoh, tempatkan dalam cawan porselen/silika/platina panaskan dalam oven dengan suhu 105 1 derajat C selama 5 jam. Dinginkan dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar, lalu timbang. Panaskan lagi 30 menit lalu dinginkan dalam eksikator. Ulangi pengerjaan tersebut 3-4 kali sampai diperoleh berat antara 2 penimbangan berturut-turut lebih kecil dari 0,001 gram.
b) Kadar abu: timbang 5 gram contoh kedalam cawan porselen,/silika/platina yang sudah ditimbang beratnya. Pijarkan cawan berisi contoh diatas pembakar mecer kira-kira 1 jam, mula-mula api kecil lalu api dibesarkan sampai terjadi perubahan contoh menjadi arang. Sempurnakan pemijaran arang didalam tanur pada suhu 580-620 derajat C sampai menjadi abu. Pindahkan cawan dalam tanur kedalam oven pada pada suhu sekitar 100 derajat C, selama 1 jam. Dinginkan cawan berisi labu dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar antara 15-30 derajat C, lalu timbang. Ulangi pengerjaan pemijaran dan pendinginan, sehingga diperoleh perbedaan berat antara dua pertimbangan berturut-turut lebih kecil daripada 0,001 gram.
c) Kadar serat dan benda asing: timbang kira-kira 2,5 gram contoh yang telah dikeringkalalu dituangkan kedalam labu dengan ditambah asam sulfat encer 1,25% yang telah dididih sebanyak 200 ml, pasangkan segera labu dengan pendingin balik yang dialiri air. Panaskan abu hingga mendidih selama 30 menit, pada saat mendidih sesekali labu digoyangkan agar semua contoh terasam dan tidak terjadi gosong pada dinding dalam labu. Tanggalkan labu, lalu saring dengan kain halus 18 serat/cm yang dipasang pada corong penyaring. Cuci residu dengan air mendidih sampai filtrat bersifat netral dan 200 ml larutan natrium hidroksida lalu pindahkan residu di atas kain kedalam labu. Didihkan kembali labu selama 30 menit, lalu tanggalkan labu dan segera saring dengan kain saring kemudian cuci esidu dengan air mendidih sampai filtrat bersifat netral. Pindahkan residu ke dalam Gooch yang telah dilapisi serat asbes dibantu pompa air, cuci esidu dengan air panas dan dibilas dengan 15 ml etil alkohol 95 %. Keringkan cawan dan isinya pada suhu 104-106 derajat C dalam oven, kemudian dinginkan hingga tercapai suhu kamar, lalu ditimbang. Ulangi pengeringan dan penurunan suhu dalam eksikator 2-3 kali masing-masing 30 menit hingga mencapai bobot tetap. Pijarkan cawan gooch dan isinya pada suhu 580–620 derajat C sampai menjadi abu lalu tempatkan dalam oven (suhu 100 derajat C) selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar, lalu timbang. Ulangi pengeringan dan penurunan suhu dalam eksikator 2-3 kali, masing masing 30 menit hingga diperoleh bobot tetap (W2).
d) Derajat Putih: tuangkan BaSO4 murni kedalam cuvet dan tentukan reflaktan pada skala 100, lalu tuangkan contoh kedalam cuvet lainnya.
e) Derajat kekentalan Engler: timbang 10 gram bahan, tuangkan edalam gelas piala (500 ml) lalu tambahkan 100 ml etanol 70 % yang sudah dinetralkan dengan indikator phenol ptalein, lalu kocok selama 1 jam pada alat penggosok mekanik natrium hidroksida 0,1 N. Saring dengan cepat melalui kertas saring kering, pipet 50 ml saring, tuangkan kedalam erlenmeyer 500 ml dan titar saringan dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N dengan indikator phenol ptalein.
f) Cemaran logam: masukan contoh kedalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml H2SO4, 0,5 gram KMn04 dan direfluks hingga mendidih serta warna violet hilang. Tamabah 0,2 gram KMn04 dan pemanas diteruskan hingga KMn04 1,5 gram. Didihkan kembali selama 5 menit, dinginkan dan tambahkan Hydroxylamine Hydrochoride samapi warna hilang, setelah itu tambahkan 1 ml Hydroxylamine hydrochoride dan 2 ml asam asetan, pindahkan larutan kedalam labu pemisah tambahkan 10 ml larutan Dhitizone, kocok selama 2 menit. Pindahkan lapisan chloroform ke dalam corong pemisah yang mengandung 25 ml NH40H kemudian kocok, cuci dengan 10 ml H2S04 IN dan buat larutan baku (larutkan 0,9155 grm Pb Ac2 3H20 dalam air, tambahkan 5 ml HNO3 encerkan 500 ml dengan air), dari larutan ini diambil 1 ml diencerkan menjadi 100 ml. Sedangkan cara uji tembaga dan seng, raksa, arsen, angka lempeng total, bakteri coliform dan eschericia coli sesuai dengan SNI 01–3451–1994, tapioka.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali, sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label. Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu.
Pengemasan
Tapioka dikemas dengan karung goni baru jenis ATWILL/Blacu yang baik, bersih, cukup memenuhi syarat eksport, mulutnya dijahit dengan kuat. Isi paling banyak untuk karung blacu 50 kg bersih, atau karung goni maksimum 100 kg/bersih. Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca, antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau ekspiortir.
d) Berat bersih.
e) Berat kotor.
f) Negara/tempat tujuan.
Tanaman singkong merupakan penghasil karbohidrat yang efisien, murah dan dapat digunakan sebagai suplemen bahan pangan pokok beras dan terigu sebagai sumber karbohidrat. Bahan pangan dari singkong dalam bentuk segar memiliki kandungan kalori dan protein yang rendah. Untuk memperoleh kalori yang sama dengan beras, singkong harus dikonsumsi
sebanyak 2 – 3 kali beras. Sedangkan untuk memperoleh protein setara beras perlu dikonsumsi 7 kali konsumsi beras. Implikasinya adalah orang sudah merasa kenyang padahal kebutuhan kalorinya/protein belum terpenuhi. Karakteristik rendah kalori ubi segar dapat dihilangkan dengan memprosesnya menjadi bahan kering berupa irisan atau tepung dengan kadar air setara beras aman simpan. Dengan bobot yang sama singkong dalam bentuk kering atau tepung dapat memberikan kalori yang sama dengan beras, akan tetapi proteinya masih sangat rendah. Rendahnya kandungan protein tepung singkong dapat ditingkatkan dengan menambahkan tepung kacang-kacangan sehingga menjadi tepung komposit.


























BAB IV
PRODUK OLAHAN


Pembuatan tape singkong
1. BAHAN
1. Ubi kayu 5 kg
2. Ragi 5 lempeng
3. Air secukupnya
4. Ragi tapai 2 lempeng
2. ALAT
1. Pisau
2. Panci
3. Dandang
4. Daun talas atau plastik
5. Keranjang
6. Kain bersih untuk tutup tangan.
3. CARA PEMBUATAN
1. Kupas ubi kayu lalu potong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian cuci;
2. Rendam selama 1~2 jam dalam air bersih lalu kukus;
3. Gerus ragi hingga halus kemudian taburkan hingga rata di atas ubi kayu;
4. Masukkan satu per satu ke dalam keranjang yang telas dilapisi dengan daun talas atau plastik, kemudian tutup;
5. Peram selama ± 3 hari 3 malam.
4. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TAPAI SINGKONG
Catatan:Pada saat pemeraman, bila penyimpanannya terlalu lama maka tapai yang dihasilkan akan semakin berair dan rasanyapun semakin asam.
5. DAFTAR PUSTAKA
Tri Radiyati dan Agusto, W.M. Pendayagunaan ubi kayu. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI, 1990. Hal. 18-27


Pembuatan Gaplek
- Singkong segar dikupas dan dicuci bersih
- Yang berukuran panjang dipotong dan dibelah, kemudian dijemur sampaisetengah kering
- Tutup singkong tersebut dengan tikar bersih selama 1 hari
- Jemur lagi singkong sampai kering hingga menjadi gaplek

Pembuatan Tepung
- Umbi segar dikupas, dan dicuci bersih
- Kemudian dirajang/disawut dan direndam
- Setelah ditiriskan, dijemur sampai kering atau dioven
- Setelah kering, digiling/ditumbuk hingga halus
- Kemudian diayak dan ditampung dalam wadah dan disimpan ditempat yang kering

Pembuatan Pati
- Umbi segar dikupas, dicuci sampai bersih, kemudian direndam dalam larutan sodium bisulfit 0,3 % selama 1 jam
- Diparut hingga menjadi bubur kasar
- Bubur ditambah air bersih (untuk mengestrak patinya) lalu diaduk-aduk
- Kemudian disaring, ampasnya ditambah air ladi untuk meningkatkan rendemen pati. Disaring lagi beberapa kali sampai air perasannya bening
- Cairan hasil penyaringan diendapkan kurang lebih 3 jam
- Air yang sudah bening dibuang dan endapan patinya diambil dan dikeringkan
- Setelah kering digiling/dihancurkan dan diayak sampai menjadi tepung pati halus


Resep makanan berbahan dasar singkong

Getuk Lindri
Bahan :
- 500 gr singkong
- ½ btr kelapa parut kukus
- 250 gr gula pasir
- sedikit garam
- pewarna
Cara membuat
- Ubikayu dikupas, dicuci, kemudian dikukus, setelah itu dihaluskan
- Campur dengan kelapa parut, gula pasir dan sedikit garam
- Uleni hingga rata, bagi menjadi 4 bagian dan diberi warna yang berbeda
- Cetak dengan cetakan kopi, potong-potong dan hidangkan dengan kelapa parut.
Apem Singkong
Bahan :
- 1 kg singkong
- ½ gelas/100 gr gula pasir/merah
- ¼ sdt garam halus
- ½ kg tapai singkong
- ¼ butir kelapa, parut
Cara Membuat :
- Buang serat tapai, haluskan
- Bersihkan singkong, parut. Masukkan gula dan tapai, uleni hingga rata. Diamkan kurang lebih 2 jam
- Tuang ke dalam loyang yang telah diolesi minyak kelapa, kukus hingga matang. Angkat setelah dingin potong-potong
- Campur kelapa parut dengan garam. Hidangkan apem dengan kelapa parut

Resep makanan berbahan dasar tepung singkong

Bugis singkong
Bahan :
- Tepung singkong 500 gr
- Tepung tapioka 100 gr
- Tepung ketan 100 gr
- Gula pasir 250 gr
- Santan kental 2 gelas
- Garam secukupnya
Bahan isi :
- Selai kelapa
- Selai nanas
- keju
Cara Membuat :
- Campur semua bahan tepung
- Rebus gula pasir dan santan biarkan agak dingin
- Masukkan santan kedalam campuran tepung, aduk sampai rata
- Beri warna coklat, merah dan hijau
- Bulatkan adonan seperti bola, isi tengahnya dengan aneka selai dan keju
- Kukus sampai matang dan hidangkan

Resep masakan berbahan dasar daun singkong

Bobor daun singkong
Bahan :3 ikat daun singkong, ambil daun yang masih muda, cuci bersih dan potong-potong; sekitar 75 gram daging, potong kecil-kecil; sekitar 75 gram tempe, potong kecil-kecil juga; cabe rawit utuh, banyaknya sesuai selera; tomat diiris; 1 lembar daun salam; santan kental dan santan encer
Bumbu(dihaluskan) :3 siung bawang putih; 4 siung bawang merah; 4 buah kemiri; 1 1/2 sdt ketumbar; gula pasir dan garam secukupnya.






BAB V
PENUTUP

Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan :
1. Susunan hidangan dengan bahan makanan pokok singkong sebaiknya dilengkapi dengan makanan berprotein tinggi lainnya karena kandungan protein pada singkong rendah
2. Kehilangan nilai nutrisi, kualitas atau rasa, nilai ekonomi dapat dicegah dengan teknik penanqaman dan penyimpanan yang benar.
3. Pengawetan atau penyimpanan singkong dalam waktu lama dapat diolah menjadi bentuk yang lebih awet gaplek, tepung tapioka, payem, tapai, kripik dll.
4. Singkong dapat digunakan sebagai sumber energi (karbohidrat)

B. Saran:
1 Bagi pemerintah terkait
- Diharapkan agar mempromosikan singkong agar dapat diterima masyarakat umum.
- Diharapkan mensosialisasikan singkong untuk dikembangkan guna penganekaragaman pangan.
2. Bagi petani
- Diharapkan petani singkong meningkatkan produktivitas singkong
- Menanam varietas unggul untuk meningkatkan produksi
3. Bagi Masyarakat
- Diharapkan menerima singkong sebagai salah satu bahan makanan pokok dan memanfaatkannya.
- Menyadari keuntungan dan keunggulan singkong.



























DAFTAR PUSTAKA

Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.

Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Lingga Sarwono Pinus, 1989. Bertanam Ubi-ubian. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Prihandana Rama, Kartika Noerwijari dkk. 2007. Bioetanol Ubi Kayu, Bahan Bakar Masa Depan. Penerbit PT Agromedia Pustaka,Jakarta.

Purwono, 2007.Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Drs Susianto, dr hendri wijaya mars, Nelda mailoa SST Gizi. 2007 Diit enak ala vegetarian. Penerbit penebar plus +, Depok, Jakarta.


Suhardjo,Laura jane harper, brady j deaton, judi A driskel. cetakan ke-2 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian.Penerbit UIP(UI press), salemba 4 Jakarta.


Falcon Walter P, William O.Jones;Scott R.Pearson dkk. 1986. Ekonomi Ubi Kayu di Jawa. Sinar Harapan, Bandung.


Koesoemo Soebijanto Tjokroadi. 1993. HFS dan Industri Ubi Kayu lainnya. PT Gramedia pustaka Utama ,Jakarta.

Aritonang Irianton . Lektor kepala pada jurusan gizi politeknik kesehatan departemen Kesehatan Yogyakarta 1992-2000. Serpihan Karya Ilmiah.

Berita @IPTEK.com oleh Slamet Budijanto

www.litbang.deptan.go.id
www.iptek.net.id
www.kompas.com
www.bkp.deptan.go.id
isnanimurti.wordpress.com
www.pustaka.deptan.com
http//neocassava.blogspot.com/
www.infonet-biovision.org
www.indobiogen.or.id
www.faperta.ugm.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar